Informasi Olimpiade

Post Page Advertisement [Top]

GEOGRAFI

Permasalahan Air di Kawasan Karst Gunungsewu, Kabupaten Gunungkidul

Luas bentanglahan karst di Indonesia mencapai 20% dari total luas wilayah Indonesia (Balazs, 1968, dalam Adji, 2009). Bentanglahan karst di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dapat dijumpai di Kabupaten Gunungkidul. Karst di Gunungkidul juga mencakup luasan yang signifikan. Luasan wilayah bentanglahan karst yang besar memegang peran penting terhadap kandungan sumberdaya, terutama potensi sumberdaya airtanah yang melimpah. PBB memperkirakan persediaan air sekitar 25 % penduduk dipenuhi dari sumber air karst (Ko, 1984). Semakin besar luas bentanglahan karst di suatu wilayah, maka semakin besar pula potensi airtanah di wilayah tersebut.

                                   Gambar 1 Bentanglahan karst di Gunungkidul


Potensi sumberdaya air di bentanglahan karst Gunungkidul belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Hambatan dalam pemanfaatan sumberdaya air di wilayah karst dipengaruhi oleh proses geomorfologi dan litologi. Karst didominasi oleh peristiwa pelarutan pada batuan yang mudah larut, misal batuan gamping, dolomit, marmer, gipsum, dan batuan garam (Millanovic, 2004 dalam Cahyadi, 2016). Pelarutan yang berlangsung intensif di bentanglahan karst mengakibatkan terbentuknya sistem aliran bawah tanah, yaitu sistem rembesan (diffuse), sistem aliran rekahan (fissure), dan sistem aliran lorong (conduit) (White, 1988). Sistem hidrologi bawah tanah pada bentanglahan karst menimbulkan kesulitan dalam pemanfaatan air akibat minimnya akses untuk menjangkau airtanah di karst. Menurut Haryono dkk (2009) 9% kebutuhan air di kawasan karst sebelum tahun 1990-an diambil dari telaga karst akibat sulitnya pengambilan airtanah. Kedalaman airtanah yang dalam dan minimnya teknologi pengambilan air menjadi permasalahan utama dalam pemanfaatan potensi airtanah di karst. 
                              Gambar 2 Kekeringan di kawasan karst Gunungkidul

Karst Gunungkidul tersebar di bagian selatan wilayah Gunungkidul. Karst di Gunungkidul termasuk dalam kawasan Karst Gunung Sewu. Luas karst Gunung Sewu mencapai 3300 km2 yang meliputi Propinsi DIY, Jawa Tengah, dan Propinsi Jawa Timur (Adji dkk, 1999). Sebagian kawasan ini merupakan wilayah administrasi Kabupaten Gunungkidul, yaitu Kecamatan Ponjong, Wonosari, Rongkop, Girisubo, Tepus, Tanjungsari, Semanu, Panggang, Paliyan, Playen dan Purwosari. Karst Gunung Sewu memiliki ciri tipe bukit karst berbentuk kegle karst dengan tipe batuan gamping berumur Neogen (Miosen Tengah sampai dengan Pleiosen Atas) (Haryono dan Day, 2005 dalam Cahyadi, 2016).
Kesulitan air di kawasan karst Gunungkidul disebabkan oleh minimnya teknologi domestik untuk mengambil airtanah di kawasan karst. Pengambilan air dikelola oleh PDAM . Jaringan pipa PDAM sudah hampir menyeluruh ke seluruh wilayah, akan tetapi frekuensi pengaliran air terbatas, yakni selama dua hari dalam seminggu (Cahyadi, 2016). Pengaliran air yang terbatas menyebabkan pemenuhan kebutuhan air masyarakat kurang optimal. Pemanfaatan air untuk kebutuhan domestik dihambat oleh terbatasnya pemenuhan suplai air. Perlu adanya inisiasi teknologi pemanfaatan yang bisa digunakan secara manidir oleh setiap rumah tangga untuk mengambil air di kawasan karst sehingga tidak bergantung pada satu fasilitas penyedia air seperti PDAM.
                                  Gambar 3 Sungai bawah tanah di kawasan karst

Sumber air di kawasan karst yang mudah untuk dimanfaatkan antara lain sumberdaya air permukaan berupa telaga karst.
Tabel 1. Jumlah dan Volume Telaga di Kabupaten Gunungkidul
Pemanfaatan telaga karst di Gunungkidul sebagai pemenuhan air domestik sangat potensial apabila dilihat dari kuantitas air yang berasal dari telaga (lihat Tabel 1). Perlu dilakukan upaya konservasi untuk melindungan potensi sumberdaya air telaga sehingga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air penduduk di kawasan karst.
Permasalahan lain terkait sumberdaya air di kawasan karst Gunungkidul antara lain berkurangnya simpanan air di sistem drainase bawah tanah akibat aktivitas penambangan batu gamping. Penambangan batu gamping dapat merusak sistem hidrologi di kawasan karst sehingga mengurangi potensi sumberdaya air. Penambangan batu gamping di Kecamatan Ponjong menganggu sistem hidrologi karst yang berdampak pada berkurangnya debit Sungai Bribin (Adji dan Haryono, 1999). Sungai Bribin merupakan salah satu sumber air yang dimanfaatkan oleh PDAM untuk memenuhi kebutuhan air beberapa kecamatan di Gunungkidul sehingga keberadaannya amat signifikan sebagai sumberdaya air di kawasan karst. Upaya konservasi sistem hidrologi di kawasan karst antara lain dapat dilakukan dengan cara zonasi kawasan karst menjadi kawasan budidaya dan konservasi seperti diatur dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral NO. 1456 K/20/MEM/2000. 


DAFTAR PUSTAKA
Adji, T. N., 2009. Variasi Spasial-Temporal Hidrogeokimia dan Sifat Aliran Untuk
Karakterisasi Sistem Karst Dinamis Di Sungai Bawah Tanah Bribin, Kabupaten Gunungkidul, DIY. Disertasi. Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.
Adji, T.N., dan Eko Haryono. 1999. Konflik Antara Pemanfaatan Batugamping dan
Konservasi Sumberdaya Air Das Bribin di Wilayah Karst Gunung Sewu. Dipresentasikan dalam Makalah Lokakarya Nasional Menuju Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Berbasis Ekosistem Untuk Mereduksi Konflik Antar Daerah, September 1999. Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi UGM.
Adji, T.N., Haryono, E. dan Woro, S. 1999.  Kawasan Karst dan Prospek
Pengembangannya di Indonesia. Dipresentasikan dalam Seminar PIT IGI, 26-27 Oktober 1999. Universitas Indonesia.
Bappeda Kabupaten Gunungkidul. 2007. Penyusunan NeracaAir Kabupaten
Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Laporan Penelitian. Wonosari: Bappeda Kabupaten Gunungkidul.
Cahyadi, A. 2016. Peran Telaga dalam Pemenuhan Kebutuhan Air Kawasan Karst
Gunungsewu Pasca Pembangunan Jaringan Air Bersih. Geomedia, Vol. 14, No. 2. Hal 23-33.
Haryono, E.; Adji, T.N. dan Widyastuti, M. 2009. Environmental Problems Of
Telaga (Doline Pond) in Gununsewu Karst, Java Indonesia. dalam White, W.B. 2009. Proceeding 15th International Congress of Speleology, Volume II. Texas: UIS.
Ko, R.K.T., MD.DV., 1984. Peranan Ilmu Speleologi Dalam Penyelidikan
Fenomena Karstik dan Sumberdaya Tanah dan Air – Sebuah Informasi
Soal Speleologi, Ceramah Pada Pusat Penelitian Tanah –Bogor, Bogor.
White, W.B. 1988.Geomorphology and Hydrology of Karst Terrains. New York:
Oxford University Press.


























Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib